Jumat, 07 Februari 2014

Hikmat

Banyak hal yang bisa kita petik dari perjalanan mendaki gunung. Dan antara satu orang dengan yang lain tentunya berbeda-beda. Ada pula yang mungkin tidak dapat apapun kecuali capek. Semua kembali kepada orang yang memaknai perjalanan tersebut.
Bagi penulis, satu hal penting adalah lewat mendaki gunung kita selalu ditantang untuk mengalahkan ego pribadi. Dari mendaki gunung penulis belajar bahwa kita sendiri tak kan mampu menaklukkan alam, jika kita berhasil berdiri di puncak gunung itu semua atas seijin yang kuasa. Dan bukan berarti kita telah menaklukkan alam. Alam hanya sedang bersahabat dengan kita. Alam bersahabat dengan manusia yang rendah hati. Kekuatan manusia ada batasnya jika alam sedang tidak bersahabat, orang sekuat apapun pasti akan tunduk.
Teringat dengan tiga poin pegangan ketika naik gunung (atau mungkin empat)

jangan membunuh apapun kecuali waktu
jangan mengambil apapun kecuali gambar/foto
jangan meninggalkan apapun kecuali jejak kaki,
jangan mematahkan apapun kecuali ego mu.
Ketika mendaki gunung kita akan bertemu banyak binatang penghuni gunung tersebut, sebisa mungkin kita tidak diperkenankan untuk membunuhnya (terkecuali dalam keadaan terancam???/survival atau bertahan hidup). Kita juga tidak diperbolehkan mengambil apapun kecuali memori yang kita dapat dari perjalanan mendaki tersebut. Kita juga tidak diperkenankan meninggalkan sampah dalam bentuk apapun, karena pasti akan mengganggu keseimbangan ekosistem gunung. Namun yang paling terakhir nampaknya yang paling susah, ketika kita harus mematahkan ego pribadi kita.
Satu hal yang paling mengesankan penulis adalah lewat mendaki gunung mendapat pengalaman mendekati kematian (atau paling tidak rasanya seperti itu). Pernah beberapa kali karena kedinginan, terpeleset, hampir masuk jurang, tersesat (bisa fatal lho bro). Dari pengalaman tersebut penulis merasa adanya jarak dengan yang kuasa semakin dekat (berdoa semakin khusuk-mungkin karena belum siap menghadap- subconscious ). Dan dari situlah dapat kita katakan bahwa kegiatan pecinta alam, mendaki gunung khususnya adalah salah satu cara mendekat kepada yang maha Esa.

Persiapan

Dalam artikel ini kita akan membahas beberapa peralatan dasar yang sebaiknya dibawa oleh seorang pendaki gunung saat hendak bertualang di alam bebas. Pada dasarnya peralatan mendaki gunung itu sendiri bersifat fleksible, dalam artian bisa saja harus dibawa dan bisa saja tidak harus dibawa tergantung kemana, berapa lama, dan siapa. 

Peralatan Packing 
1. Tas Carrier/Ransel
Carrier sangatlah penting untuk seorang pendaki gunung. Pemilihan carrier yang tepat dapat membuat perjalanan kita semakin nyaman. Usahakan memilih carrier yang udah teruji kualitasnya (bermerk).
2. Tas Punggung (Daypack) (optional)
Boleh bawa boleh juga tidak. Jika masih memungkinkan sebaiknya Anda membawanya. Kegunaanya untuk summit attack. Untuk medan summit attack yang berat seperti di Gunung Semeru atau Gunung Slamet, membawa daypack sangat disarankan.
3. Kantong Plastik
Fungsinya untuk menjaga barang bawaan kita agar tidak basah terkena air. Kan udah ada carrier yang notabene ada lapisan tahan airnya? Pada kenyataannya hal itu tetap saja tidak membantu.
4.  Tas Kamera (optional)

Pakaian
1. Jaket Gunung 
Fungsinya pasti sudah pada tahu, untuk melindungi tubuh kita dari hawa dingin. 
2. Baju Ganti
Bawa saja secukupnya. Hal ini untuk berjaga-jaga jika baju yang kita pakai basah atau kotor. Baju ganti disini sudah termasuk baju(kaos), celana, dan pakaian dalam.
3. Jas Hujan 
Cuaca di gunung sangat tidak menentu kawan, apalagi setelah terjadi global worming seperti saat ini. Hujan bisa turun kapan saja meskipun pada saat musim kemarau. Membawa jas hujan menurut saya adalah sebuah keputusan yang tepat.
4. Topi, Sarung Tangan, Bandana
Topi bisa berguna untuk melindungi kepala dari terik matahari, sengatan serangga, dan meminimalisir kepala kita terbentur pohon/ranting.  Sarung tangan berguna untuk menahan dingin dan bandana berguna untuk menyaring udara yang kita hirup. 

Perlengkapan Kaki

1. Sepatu
Fungsinya pasti sudah pada tahu, untuk melindungi kaki dari duri, kerikil tajam, gigitan ular dn mencegah dari hawa dingin. Gunakan sepatu yang dirancang khusus untuk mendaki gunung.
2. Sandal
3. Kaos Kaki (cadangan)

Perlengkapan Camping

1. Tenda
Usahakan membawa tenda yang sanggup menampung seluruh anggota team, jangan sampai lebih apalagi kurang. Jika kapasitas tenda terlalu besar pastinya berat tenda juga akan semakin bertambah.
2. Sleeping Bag 
Selain jaket, sleeping bag akan menjadi peralatan andalan untuk mengusir hawa dingin yang menyerang tubuh kita.
3. Matras
3. Peralatan Masak
Peralatan masak terdiri dari kompor dan bahan bakar, nesting, wadah air, dsb. Harap diperhatikan, jika memungkinkan bawalah alternatif dari alat masak yang Anda bawa. Jika anda memilih kompor gas portable, saya sarankan Anda juga membawa parafin atau bahan bakar lainnya. Jika sewaktu-waktu kompor yang kita bawa rusak kita tidak perlu khawatir karena kita sudah punya penggantinya. 
4. Peralatan Makan 
Piring, sendok, gelas, dan lain sebagainya. 
5. Logistik (PENTING)
Usahakan kita membawa logistik yang cukup dan jika perlu bawa lebih. Kita pasti tidak ingin mendaki gunung dalam keadaan perut keroncongan bukan? Apa aja yang musti dibawa? Sebagai gambaran saya biasa membawa beras, mie instan, tempe yang sudah siap saji, jelly, roti, susu, teh, kopi, dsb. Semua yang  saya sebutkan di atas adalah menu dari seorang pendaki ngirit seperti saya ini, jika Anda punya dana lebih, silakan bawa logistik yang lebih bergizi dari yang saya contohkan di atas.

Perlengkapan Lain

1. Headlamp atau Senter, beserta baterai cadangan
2. Survival Kit
3. Obat-obatan
3. Tissu Toilet
4. Lilin
5. Korek Api
6. Pisau Lipat Serbaguna 

Semoga membantu bagi Anda yang masih bingung dan bertanya-tanya kalau ke gunung bawa apa aja. Daftar di atas akan saya update setiap saat. Jika dirasa ada yang perlu ditambahkan, silakan gunakan form komentar di bawah ini. Terima Kasih
sumber: http://www.gunungsemeru.com/2013/01/daftar-perlengkapan-standart-mendaki.html

Awalan

Berawal dari kelas satu SMA, tahun 1997. Belajar dari pengalaman waktu SMP, aku memutuskan memilih ekstrakurikuler (ekskul) yang dapat kutekuni hingga kelas 2 SMA. Karena dikelas 2 harus ada kegiatan ekskul yang diikuti. Memilih ekskul olahraga, badanku tergolong kecil, bakalan kalah dengan kawan yang lain yang badannya lebih besar. Kegiatan lain terlalu formal, tidak menarik. Kemudian ada satu ekskul 'aneh' (tapi sekarang kuanggap ekskul yang mengubah arah hidupku ke arah yang lebih baik) yang bisa ku pilih, "Pamitran Lelana Giri Jaga Bumi". Nama yang tidak lazim, kalau diartikan perkumpulan orang-orang yang suka naik gunung bernama Jaga Bumi (maafkan saya para founding father kalau salah mengartikan).
Ternyata kegiatan ini juga sama saja, melibatkan kegiatan fisik. Tapi karena menantang (belum pernah naik gunung), dan dikelas 2 SMA harus mengikuti satu kegiatan ekskul (karena ga lucu juga dikelas 2 SMA baru mulai ekskul barengan dengan adik kelas 1), maka kuputuskan untuk bertahan menekuni ekskul ini.
Mendaki gunung untuk kali awal.
Gunung pertama adalah Gunung Ungaran, 2050 mpdl
Sekelumit gambaran
Gunung Ungaran adalah gunung yang terletak di Pulau Jawa, Indonesia. Dengan ketinggian 2.050 meter, gunung ini adalah gunung tinggi pertama yang dilihat pengendara dari Semarang ke arah selatan, di sisi kanan (barat). Menurut catatan-catatan sejarah, nama-nama lain gunung ini adalah Karundungan (prasasti Kuti), Karurungan/Karungrangan (Tantu Panggelaran), Karungrungan (Perjalanan Bujangga Manik, Serat Aji Saka, Serat Kanda), Kroenroengan (Domis, 1825), dan Ngroengroengan (Bleeker 1850, Friederich 1870)[2].
Di kaki gunung ini terletak kota Ungaran, pusat pemerintahan Kabupaten Semarang.
(sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Ungaran)


Pengalaman pertama dimulai dengan seleksi untuk masuk ke ekskul 'aneh' tersebut. Melelahkan. Tapi puji Tuhan masuk seleksi. Dengan perjuangan, lari keliling kampung, lari naik turun bukit, push up, sit up, wawancara juga bro, nyanyi lagu kebangsaan juga bro.. macem-macem.

Naik Gunung perdana

Persiapan sudah dilakukan, perlengkapan minim, semangat membara, kami berangkat. Tas bekas (merek alpina-jadul), jas hujan pinjem, baju kondangan dipakai berangkat pendidikan dasar ke gunung Ungaran. Selama 3 hari 2 malam, naik turun, minim istirahat, makan seadanya (survival), makan yang luar biasa, main air, main gelap-gelapan. SERUUUU...
Pulang dengan keadaan capek dan kekurangan gizi. Butuh perbaikan gizi

Naik Gunung kedua, dan berikutnya.

Setelah gunung Ungaran menyusul gunung-gunung yang lain (sayang tidak terdokumentasi dengan baik). Gunung Merbabu, Merapi, Sumbing, Lawu, Slamet, Rinjani, dengan urutan yang tidak jelas, dan waktu yang juga tidak terdokumentasi dengan baik. Waktu itu pikiran yang muncul hanya bertualang bersama teman, membangun persaudaraan. Tidak ada niat lain, dan dalam perjalanannya menikmati pemandangan yang menakjubkan.